Sebagai upaya memelihara keberlanjutan sumber daya air, Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH), membangun konservasi air yang terdiri dari kolam retensi, biopori dan sumur resapan. Upaya ini dilakukan juga untuk menjaga tinggi muka air tanah sehingga tidak terjadi penurunan air tanah.
"Pembangunan konservasi air ini juga sebagai upaya antisipasi banjir di Kota Tangerang. Sehingga, air hujan yang turun dapat tersimpan di konservasi air yang kita miliki. Saat ini, Kota Tangerang memiliki dua kolam retensi yang tersedia di RW 08, Kelurahan Cipadu Jaya, Kecamatan Larangan dan di RW 08 Kelurahan Cimone, Kecamatan Karawaci. Selain itu, sebanyak 1676 lubang biopori super jumbo telah dibangun di sembilan kecamatan," ungkap Kepala DLH, Tihar Sopian, Kamis (06/07/23).
Ia melanjutkan, pada tahun 2023 ini Pemkot Tangerang akan menambah sebanyak 20 sumur resapan dan 50 biopori super jumbo. Pembangunan sumur resapan dan biopori tersebut akan diprioritaskan di titik-titik rawan mengalami banjir.
"Di tahun 2023, kami akan membangun sebanyak 20 sumur resapan dan 50 biopori super jumbo. Pembangunan ini akan menggunakan skala prioritas, di mana akan dilakukan pembangunan terlebih dahulu di wilayah atau titik-titik yang memang rawan mengalami banjir di Kota Tangerang. Metode yang digunakan masih sama yaitu ada biopori yang terdiri dari biopori mini, biopori jumbo dan super jumbo. Biopori ini kedalamannya mencapai hingga satu meter. Lalu, sumur injeksi kedalamannya hingga 40 meter," lanjutnya.
Dengan dibangunnya sumur resapan ini, dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi genangan hingga banjir yang ada di Kota Tangerang, dan air yang sudah dikonservasi dapat bermanfaat bagi masyarakat.
"Harapan kami dan harapan kita bersama, air yang datang ketika hujan turun dapat menjadi berkah. Air yang sudah masuk ke perut bumi, dapat menjadi konservasi dan bermanfaat bagi kita semua dengan bonus tidak terjadi genangan dan mudah-mudahan di tahun ini tidak terjadi banjir di Kota Tangerang," tutupnya. (Sin)