Menyempurnakan rukun Islam kelima boleh jadi impian setiap umat muslim. Pergi ke Tanah Suci, mengunjungi makam nabi dan memanjatkan doa di Ka'bah dinilai sebagian pelakunya merupakan perjalanan spritual yang luar biasa.
Hal itu rupanya sering dibayangkan salah seorang warga Gang Haji Amsir, Kenanga, Cipondoh, yakni Asiyah (54). Cita-citanya pergi ke tanah suci terwujud tahun ini. Dia ikut beserta ribuan jamaah lainnya di kelompok terbang 2 yang akan dilepas Jumat (28/7).
Sehari-hari Asiyah dikenal sebagai pengurus jenazah di lingkungannya. Profesinya tersebutlah yang membiayai perjalanannya ke Tanah Suci. Rupiah demi Rupiah yang dikumpulkannya dari mengurus jenazah disetor untuk naik haji. Meski penghasilannya tidak menentu, semangatnya mendorong dia ruitin menyetor tabuingan haji sejak 2011.
Jauh sebelum menyetor tabungan haji Asiyah sebetulnya telah berniat ke Tanah Suci. Setidaknya sejak 2009 keinginan itu telah mucul. Namun keinginan tersebut harus rela ia pendam demi keluarganya. Pengasilan ibu tujuh anak tersebut digunakan untuk keperluan pendidkan anak-anaknya. Kesempatan menyisihkan uang untuk berhaji didapatnya setelah anak-anaknya menyelesaikan sekolah mereka.
Pengurus jenazah jelas bukanlah profesi yang terbilang menjanjikan. Bahkan, Asiyah menganggapnya bukan sebagai profesi. Baginya, menjadi pengurus jenazah merupakan tugas kemanusiaan, dia menyebutnya sebagai kewajiban. Asiyah menyebut, dia tidak pernah meminta imbalan dari mengurus jenazah. Adakalanya dia tidak dibayar, namun hal tersebut tak dijadikan beban olehnya. "Tetap, itu kewajiban tetap dipegang seumur hidup, sekuat saya, Insya Allah," tuturnya.
Profesi yang telah ia jalani selama 14 tahun tersebut telah banyak membantu perekonomian keluarganya. Suami Asiyah sendiri bekerja sebagai pengayuh becak. Ia dan suaminya berkomitmen mengatur pendapatan untuk disetor dan digunakan untuk keperluan sehari-hari. Berkat kesabaran dan ketekunan tersebut, cita-cita Asiyah tersebut akhirnya terkabul.
"Penghasilan saya untuk ditabung, kalau suami untuk makan sehari-hari. Alhamdulillah suami juga mengizinkan. Saya juga tambahin kalau ada kekurangan," ungkapnya. Asiyah mengaku tak tentu menyetor uang, sama tidak tentu denga penghasilannya. Menyetor tak pernah ditundanya. Ketika uang di tangan, ia tak buang waktu untuk menyetorkan uang tersebut. "Kalau adanya sebukan, kita bayar sebulan, gak tentulah," tambahnya.
Selain jenazah, Asiyah juga aktif mengajarkan ilmu agama ke sejumlah perkumpulan kaum ibu di Kota Tangerang. Sepulangnya dari Tanah Suci, ia mengaku tidak akan melepas kedua aktifitas tersebut, yakni mengajar ngaji dan mengurus jenazah. Telah disipkan sejumlah doa yang akan dipanjatkannya di Tanah Suci. Salah satunya adalah memohon diberi kekuatan untuk terus mengamalkan profesinya tersebut. Dia juga berharap bisa berangkat dan pulang dengan selamat.