Seni kaligrafi yang menghiasi dinding masjid boleh jadi akan membuat anda takjub. Selain indah, tentu karyanya hanya akan lahir dari tangan yang berpengalaman.
Seperti salah satu tim pelukis kaligrafi Masjid Raya Al Azom yang kebetulan tengah mendekorasi masjid.
Warna-warni tembok Masjid Al Azom terasa sedap dipandang. Beragam warna itu menambah kemegahan itu.
Masjid kebanggaan warga Kota Tangerang itu terus dirawat oleh Pemerintah Kota.
Beragam corak kutipan ayat Al Quran di dinding masjid senantiasa dikembangkan.
Untuk merawat itu, Pemkot Tangerang menunjuk sebuah tim ahli kaligrafi. Tidak main-main, tim tersebut digawangi langsung oleh Ketua Dewan Hakim Cabang Kaligrafi MTQ Kota Tangerang, Suharno.
Suharno bersama belasan anggotanya kini tengah mengerjakan dekorasi masjid di ring dua dinding Al-Azom. Dinding seluas kurang lebih 640 meter persegi digarap tim Suharno dengan estimasi waktu satu bulan.
Dalam bekerja Suharno memilih anggota-anggota dengan berbagai kemahiran. Sebut saja Iwan Karmaawan, anggota tim Suharno ini telah belasan tahun menggeluti Kaligrafi.
"Jadi pekerjaan ini memang melibatkan tidak hanya saya semata-mata saya yang ditunjuk sebagai ketua dewan hakim, cabang khot atau MKQ Al Quran setiap tahunnya di Kota Tangerang, tetapi juga dibantu oleh teman-teman seperti saudara Iwan ini.
Setiap tahun mendampingi saya, mereka adalah anggota dewan hakim, mereka yang saya libatkan di sini sesuai dengan kompetensinya masing-masing untuk memperkuat posisi pekerjaan ini dengan ilmu mereka masing-masing," jelasnya.
Suharno menambahkan, seni kaligrafi bukan soal menulis huruf Arab. Dibutuhkan banyak keahlian untuk menjadi seorang kaligrafer. Dia menyebut keahlian tersebut seperti keahlian desain, olah ornamen atau hiasan, serta keahlian teknologi komputer.
"Karena yang seperti anda lihat ini kan enggak monoton persoalan tulisan Arab, di sana ada hiasan, ornamen kaligrafi dan lain-lainnya. jadi kesimpulannya, mereka yang di sini adalah mereka- mereka yang punya spesialisasi," ujarnya.
Suharno memutuskan untuk terjun sebagai pelukis dinding masjid sejak tahun 2002. Keputusan tersebut berbarengan dengan penunjukan dirinya sebagai dewan hakim cabang kaligrafi MTQ pertama di Provinsi Banten.
Gayung bersambut, Pengajar Seni Rupa di Universitas Muhammdiyah Tangerang itu juga mendirikan komunitas Calligraphy Islamic Art (CIA). Komunitas ini telah banyak melahirkan kaligrafer kaliber nasional.
"Beberapa sudah menjuarai MKQ nasional, kurang lebih dua" jelasnya.
Tidak ada proses belajar formal dalam komunitas tersebut. Murid binaan Suharno, Iwan mengatakan, sistem pembelajaran yang digunakan disebut sowan. Dia menjelaskan, sowan berarti mampir, artinya, seorang murid datang menemui gurunya untuk minta hasil latihannya dikoreksi.
"Nanti setelah belajar di rumah, mereka datangi mentor atau guru, kemudian guru beri tugas kembali untuk latihan murif," katanya.
Untuk menjadi anggota komunitas ini anda cukup mendatangi markas komunitas tersebut di Yayasan Al Fitroh dekat terminal Poris Plawad, Cipondoh, Tangerang. Iwan melanjutkan, selain sistem belajar tersebut.
Komunitasnya tersebut juga memanfaatkan perkembangan teknologi. Cukup dengan grup jejaring perpesanan instan, proses belajar bisa berlangsung. “Kalau sekarang kita permudah, belajar lewat grup saja cukup,” tambahnya.
Penggarapan dekorasi dinding Al Azom yang tengah dikerjakan anggota tersebut melalui tahap yang tidak mudah