Setiap Budaya ada masyarakatnya, dan ada budaya yang wajib dijaga setiap masyarakatnya.
Ungkapan tersebut diucapkan salah seorang pengiat budaya Betawi di Kota Tangerang, Indra Wahyudi.
Saat ditemui, Indra tengah melatih silat Aliran Tangkep 2 Lapis puluhan bocah di Sanggar Si Jampang Putra Neroktog, Pinang.
Sanggar Si Jampang Putra Neroktog merupakan satu di antara puluhan sanggar yang masih setia melesatarikan budaya Betawi di Kota Tangerang. Sanggar ini didirikan Indra dan Debby Batik pada 2014.
Pendirian sanggar ini bermula dari keprihatinan mereka terhadap budaya Betawi di wilayahnya yang kian tenggelam ditelan zaman. Sementara keduanya kerap menampilkan kesenian Betawi di berbagai tempat, mewakili sanggar di Jakarta Barat. Lewat sanggar ini, mereka mencoba menghidupkan kembali kesenian Betawi di Nerogtok.
"Biar, supaya kita di sini juga ada generasi penerusnya. Intinya supaya yang di Tangerang juga bisa diakui. Malah, sebagian besar anggota Si Jampang di Semanan (Jakarta Barat) orang Tangerang," ujar Debby.
Di halaman depan rumah yang sederhana, Indra dan Debby mengajarkan beragam kesenian Betawi kepada anak-anak setempat.
Rutinitas bekerja tak mengahalangi keduanya untuk terus mengajar. Indra terdaftar sebagai tenaga kesehatan di Puskesmas Pesanggrahan, Jakarta Barat. Sementara Debby Batik merupakan pekerja lepas.
Keduanya kompak membagi tugas mengajar seni tari dan bela diri Betawi. Pembinaan di Sanggar Si Jampang Putra Neroktog tak sia-sia, murid binaan mereka kerap tampil di berbagai acara mewakili sanggar. Dalam proses perkembangannya, sanggar ini menghadapi banyak tantangan. Indra menuturkan sulitnya menjaring minat anak-anak dalam sanggarnya.
Padahal, kata Indra, pihaknya tidak mengenakan biaya sepeser pun untuk hal tersebut. Untuk mengatasi tantangan tersebut, Debby menambahkan, perlu suatu wadah untuk mengekspresikan apa yang telah mereka pelajari di Sanggar, yakni dengan tampil di berbagai kegiatan baik di lingkungan setempat maupun di tingkat kota. "Kalau mereka latihan mulu, cepat jenuh. Makannya kita dorong mereka supaya PD (percaya diri) tampil di acara-acara. Ini bisa jadi semacam motivasi supaya mereka tetap berlatih," kata Debby.
Selain tanggung jawab masyarakat, pelestarian budaya juga merupakan tanggung jawab pemerintah daerah Di Kota Tangerang, Indra menuturkan, perlu usaha keras untuk mendapat perhatian pemerintah.
Kondisi tersebut dinilainya bertolak belakang dengan yang selama ini dia rasakan selama mewakili Jakarta Barat. Dia mencontohkan, beberapa sanggar di sana kerap mendapat bantuan berupa perlengkapan kesenaian dari dinas terkait. "Kalau di kota kita selama ini belum pernah dengar (ada bantuan).
Pendataan kemarin katanya mau datang, tapi enggak datang. yang dari Banten malah udah pernah ke sini, langsung ke sini empat mobil, di Banten kita diakui, sementara di Kota Tangerang sendiri belum," katanya.
Indra sadar, untuk mendapat perhatian pemerintah daerah pihaknya harus terlebih dahulu unjuk gigi.
Hal tersebut sudah dilakukan pihaknya belakangan ini. Belum lama ini, dia beserta beberapa rekannya berkesempatan mewakili Kota Tangerang di festival silat internasional yang diikuti 15 negara yang diselenggarakan di Bandung. Namun Indra menyayangkan tidak adanya tanggapan positif dari Pemerintah. "Kita pernah mewakili Kota Tangerang di Bandung dalam pertemuan pesilat mancanegara aja enggak ada tanggapan, enggak ada apresiasi," tambahnya.