Puluhan tahun menggeluti hal-ihwal produksi sepatu menjadikan Muhammad Tohir (54) tak ragu mendirikan sebuah industri rumahan di Jalan Adi Sucipto, RT/RW 02/10 Kampung Blendung, Pajang, Benda. Dari ruangan 12 meter persegi bengkel sepatunya, ratusan pasang sepatu telah ia buat.
Kerja keras Tohir belakangan mulai dilirik kalangan penggila sepatu, mulai dari warga biasa hingga pejabat pemerintahan jadi pelanggan sepatunya. Pada dekade 70-an hingga 90-an, Tohir bekerja sebagai karyawan pabrik sepatu ternama. Selama itu hampir semua bagian produksi sepatu telah ia jelajahi. Sempat ia diganjar kenaikan pangkat berkat dedikasinya pada perusahaan, namun hal itu ditolaknya mentah-mentah. Ia lebih memilih berhenti dan memulai usaha produksi sepatu.
"Saya tolak ditawari jadi pengawas, karena memang jiwa saya bukan di situ, enggak betah saya kalau cuma liatin orang kerja. Bosan jadi karyawan, mending saya usaha. " ungkap pria kelahiran Padang, Sumatera Barat tersebut.
Keluar dari perusahaan tanpa pesangon tak menghentikan langkahnya membuka usaha produksi sepatu. Berbekal tabungan sebanyak Rp 2 juta, Tohir membeli sebuah mesin jahit dan sejumlah alat produksi lainnya. Namun belum genap setahun, usaha rintisannya mengalami surut. Tambal sulam modal ia lakukan demi kelanjutan usahanya. "Kalau lagi surut gitu, saya nyambi kerja di tempat produksi kawan. Nanti upahnya saya puter untuk nambal modal," ujarnya.
Kini, Tohir kerap mewakili Kelurahan Pajang untuk mengikuti sejumlah pameran. Salah satunya di Tangerang Expo beberapa waktu lalu. Kesempatan tersebut ia manfaatkan untuk mempromosikan karyanya ke sejumlah pengunjung. Hasilnya, pengunjung yang sebagian besar merupakan pejabat pemerintah kota Tangerang tersebut berduyun-duyun memesan, termasuk di antaranya Walikota Tangerang Arief R Wismansyah. "Sekarang saya jarang ngedrop ke toko-toko, soalnya orang yang datang ke sini," katanya.
Sayangnya, karena terbentur modal usaha Tohir belum berkembang pesat. Ia mengaku sehari mampu membuat dua pasang sepatu. Wajar saja, Tohir bekerja sendiri tanpa dibantu karyawan, sesekali anak sulungnya memang membantu, tapi tidak banyak. Kemampuan membikin sepatu Tohir terbilang mahir. Sejumlah tahapan produksi yang lazimnya dikerjakan minimal lima orang mampu Tohir lakukan sendiri. "Saya punya harapan bisa buka lapangan kerja untuk masyarkat, perlahan Insya Allah kita bisa," akunya.