Kamis, 7 Juli 2016 00:00 WIB | Dibaca : 971
Tradisi Ngaduk Dodol Saat Perayaan Lebaran
Tradisi Ngaduk Dodol Saat Perayaan Lebaran
<p style="text-align: left;"><strong>Indahnya Kebersamaan Dalam Tradisi Ngaduk Dodol</strong>Rasa guyub atau kebersamaan adalah salah satu modal tetap bertahannya sebuah tradisi. Sulit rasanya budaya dalam suatu kelompok masyarakat akan lestari bila masyarakatnya sendiri hidup dalam sikap individual. Kebersamaan itu pula yang ditunjukkan oleh masyarakat Karang Tengah, dalam tradisi ngaduk Dodol Betawi yang digelar untuk melengkapi kebahagiaan pada hari kemengan, yakni hari raya Idul Fitri. Menurut akademisi dari Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT), Baehaqi kegiatan ngaduk dodol tersebut bahkan dikerjakan bersama-sama hingga pagi hari. "Itu lambang kebersamaan masyarakat Betawi, guyub," ujarnya. Ia menambahkan, sekilas mengaduk dodol terlihat mudah. Namun, sebetulnya sangat menguras tenaga. Sebab, dodol tersebut harus terus diaduk tidak boleh berhenti, bila tidak akan mengeras. Untuk itulah kerjasama dan gotong royong diperlukan agar dodol tersebut jadi seperti yang diharapkan. Kue yang satu ini, katanya, sudah ada sejak dulu, alias warisan orang tua dulu. "Setelah didiamkan beberapa saat, kemudian dikemas ke dalam plastik putih, dengan panjang kira-kira 20 cm, atau dikemas dalam daun pisang, minimal 2 hari lamanya dodol bisa dinikmati," ujar pria yang tengah menyelesaikan studi doktoralnya tersebut. Ia menambahkan, bagi warga Betawi, baik di Tangerang, Jakarra maupun Bekasi, berlebaran tanpa panganan dodol terasa belum afdol. Dodol telah menjadi makanan khas yang biasanya tersedia di rumah-rumah saat hari raya. Dodol adalah"bawaan wajib" bagi orang yang lebih muda ketika mengunjungi kerabatnya yang lebih tua ketika mereka saling bersilaturahmi seusai shalat Ied. Dodol Betawi memiliki warna coklat kehitaman dan bila dicicipi yang akan terasa citarasa khasnya. Dodol tersebut yang berbeda dengan dodol CHina, dodol Garut maupun panganan berupa dodol lainnya yang banyak diproduksi di sejumlah daerah di Tanah Air. Rasa manis dan aroma kelapa sangat terasa di lidah. Dodol ini juga bisa disajikan dengan cara digoreng, setelah diiris kecil-kecil. Keistimewaan lain dodol ini adalah daya tahan lamanya. Meski disimpan lebih dari satu bulan, rasanya tetap enak. Mengingat begitu pentingnya panganan dodol, maka tidaklah mengherankan jika sebagian warga Kota Tangerang mempunyai aktifitas rutin tahunan "ngaduk" dodol untuk Hari Raya Idul Fitri. (*)



Artikel Terkait


Komentar

Pastikan Google Captcha Sudah Tercentang !!!