Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang selama beberapa tahun terakhir sangat konsen terhadap penanganan persoalan sampah. Sehingga tidak mengherankan bila berbagai program telah dirancang untuk mengurai persoalan sampah di kota yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta tersebut, mulai dari optimalisasi komunitas peduli sampah, pembentukan Bank Sampah, dan juga memanfaatkan sampah sebagai energi terbarukan.
Dan khusus untuk program pengolahan sampah menjadi energi yang terbarukan, ternyata Pemkot Tangerang selangkah lebih maju dibanding kota lain di Indonesia khususnya dalam penerapan teknologi firolisis. Hal ini seiring dengan sedang dibangunnya Stasiun Pengolahan Sampah dengan Teknologi Firolisis di TPA Rawa Kucing yang difasilitasi oleh Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia.
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang, Ivan Yudhianto, menjelaskan bahwa proyek pembangunan Stasiun Pengolahan Sampah dengan Teknologi Firolisis tersebut saat ini sudah mencapai 80 persen.
"Untuk bangunan sudah tinggal finishing, pompa pengisian bahan bakarnya pun sudah terpasang," jelasnya, Selasa (12/01).
"Kita tinggal menunggu reaktornya, diperkirakan tanggal 20 Januari nanti sampainya,"
"Mudah-mudahan Februari bisa beroperasi," imbuhnya.
Ivan juga menjelaskan bahwa kedepan tempat pengolahan sampah dengan memanfaatkan teknologi firolisis tersebut bisa mengolah sampah sampai sekitar 6 (enam) ton sampah plastik per-hari atau bisa menghasilkan sekitar 3.000 liter solar per-hari.
"TPA kita satu hari menampung 1.000 ton sampah, dan 30 persennya sampah plastik artinya kita bisa menghasilkan 150 ribu liter solar," paparnya.
"Itu potensi dari sektor sampah yang kita olah jadi BBM," sambungnya lagi.
"Belum dari pemanfaatan sampah untuk energi termal (listrik). Karena pada tahun ini kita juga akan mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTS)," tuturnya.
Dijelaskannya, untuk tahap awal pihaknya akan mengoperasikan PLTS yang menghasilkan daya listri sebesar 2 (dua) Mega Watt (MW).
"Itu bisa mengaliri listrik rumah satu kelurahan," jelasnya.
"2 MW itu dihasilkan dari konversi 185 ton sampah," sambungnya lagi.