Pemerintah Kota Tangerang telah menyiapkan sejumlah strategi dalam mengatasi kemacetan yang terjadi setiap waktunya. Mulai dari pembangunan Traffic Light di beberapa lokasi, pembangunan Area Traffic Control System (ATCS) yang merupakan pusat pengendalian lalu lintas berbasis teknologi informasi dengan pemasangan 33 titik CCTV di persimpangan, pembangunan geometri dan looping atau putaran jalan di beberapa lokasi hingga membuat rekayasa lalu lintas melalui pembuatan jalan satu arah.
Sejumlah strategi penanganan kemacetan tersebut pun telah berhasil mengurai kepadatan lalu lintas. Namun seiring dengan pertumbuhan penduduk yang membutuhkan transportasi, Pemkot pun menyiapkan sistem transportasi massal yakni Trans Tangerang.
Transportasi massal ini pun telah banyak dinikmati karena rasa nyaman dan ketepatan waktu tempuhnya. Kedepannya, transportasi ini akan terintegrasi dengan Transjabodetabek dan Busway yang kini sedang menambah koridornya di Kota Tangerang.
Kepala Dinas Perhubungan Saeful Rohman mengutarakan, upaya yang dilakukan Pemkot Tangerang itu dinilai oleh Indonesia Road Safety Award (IRSA) telah berhasil menerapkan road safety management dengan baik. Karena angka kecelakaan menurun dan tersedianya juga pedestrian pejalan kaki.
Bahkan, pemkot telah mampu mempengaruhi masyarakat untuk berperilaku bekendara dengan baik dan menggunakan transportasi massal seperti halnya kereta dan Transjakarta yang kini sedang diperpanjang hingga Poris.
"Kota Tangerang masuk dalam Finalis IRSA karena keberhasilan mengatasi kemacetan dengan strategi yang dibuat termasuk tata kelola keselamatan jalan," ujarnya.