Pendidikan di Kota Tangerang telah menerapkan kurikulum merdeka. Dimana kurikulum tersebut menciptakan pendidikan yang lebih menyenangkan, mengejar ketertinggalan pembelajaran, dan mengembangkan potensi siswa. Kurikulum Merdeka sendiri menekankan pada pengembangan keterampilan dan kemampuan siswa dalam menghadapi tantangan di masa depan. Hal ini dilakukan dengan memberikan penguatan pada mata pelajaran yang berkaitan dengan keterampilan berkomunikasi, keterampilan pemecahan masalah, dan keterampilan beradaptasi.
Hampir 100 persen sekolah dari jenjang TK hingga SMA di Kota Tangerang telah menerapkan kurikulum merdeka, salah satunya di SD Negeri Pasar Baru 3 Kota Tangerang. Meski penerapan kurikulum merdeka belum sepenuhnya, yakni baru di kelas 1 dan 4 saja. Namun kurikulum merdeka ini mampu meningkatkan kemampuan belajar para murid. Hal itu di sampaikan oleh Subariyah, guru kelas I di SDN Pasar Baru 3 Kota Tangerang.
“Awalnya kami sempat kesulitan memahami adanya perubahan kurikulum di sekolah. Namun kami terus berusaha untuk belajar mengenai adanya kurikulum merdeka. Namun akhirnya lewat kurikulum merdeka ini sangat membantu kami dalam melakukan proses belajar mengajar untuk bisa lebih dekat dengan murid. Selain itu dapat lebih leluasa dalam membuat metode belajar yang menyenangkan,” tuturnya.
Selain itu, kurikulum merdeka juga diterapkan di SDN Cikokol 2 Kota Tangerang, Emi Trisniyati, guru kelas IV mengatakan penerapan kurikulum merdeka telah diimplementasikan sejak lama. Dan ini merupakan tahun kedua pembelajaran lewat kurikulum merdeka. Tentunya telah banyak perkembangan yang dapat dilihat dari para murid, meski kelas III dan VI baru akan diterapkan tahun ajaran 2024/2025.
“Pada kurikulum merdeka melalui Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di tahun pertama kami mengambil tema Kebhinekaan Global, sedangkan tahun ini temanya Gaya Hidup Keberlanjutan. Dimana mereka diberikan pemahaman terkait arti dari gaya hidup berkelanjutan dimulai dari daur ulang sampah. Dimana mereka dapat membuat produk seperti ecobrik, ecoprint, serta sabun dari minyak jelantah,” ujar Emi.
Lanjut Emi, dari pembelajaran tersebut para murid sudah dapat membedakan jenis sampah yang dapat didaur ulang dan tidak. Tak hanya itu, kegiatan ini pun melibatkan para orang tua murid yang sangat antusias dengan adanya pembelajaran seperti ini. Sehingga dari hasil pembelajaran, para murid dapat berkembang dan terlihat potensi yang didapat. (dsw)