DI ANTARA ratusan pembuat kue keranjang – kue khas perayaan Imlek – yang ada di Kota Tangerang, salah satu yang sudah terkenal sejak lama yakni Kue Keranjang Ny Lauw yang memproduksi kue ini secara turun-temurun sejak puluhan tahun di wilayah Kelurahan Karangsari, Kecamatan Neglasari.
Sebab itu, jangan heran bila beberapa hari menjelang Imlek tahun ini, pesanan kue keranjang produksi home industri itu, mengalami peningkatan tajam, bahkan melebihi sampai 5 kali lipat dari produksi pada hari normal.
Salah-satu penerus usaha Kue Keranjang Ny Lauw, Rabu (3/2), mengutarakan produksi kue keranjang sesuai pesanan yang membludak telah dilakukan sejak 10 hari menjelang imlek. Selama menjelang imlek, pihaknya mengaku mampu memproduksi hingga 800 ton kue keranjang.
Untuk pengerjaan pesanan yang banyak ini, pihaknya merekrut sejumlah pekerja dari warga sekitar.
“Pembeli sendiri sudah berdatangan sejak beberapa hari menjelang hari raya Imlek, tak hanya dari dalam Kota Tangerang saja, juga meluas hingga ke luar kota. Bahkan ada orang Surabaya yang jauh-jauh datang ke sini naik kereta hanya untuk menjajal kue keranjang buatan kita…” katanya.
Hal itu diutarakan langsung salah-satu pelanggannya bernama Edi, agen kue keranjang dari Rengas Dengklok, Karawang. “Umumnya pembeli lebih suka kue keranjang buatan sini, rasanya pas kata mereka, makanya saya langganan ke sini…” katanya.
Dijelaskan perempuan penerus produksi kue keranjang tadi, sudah menjadi makanan ciri khas Imlek, kue keranjang disebut dengan Nian Gao (kue tahunan). Jadi kue keranjang ini awalnya hanya disajikan saat Imlek atau pergantian tahun. Namun seiring waktu berjalan, kue keranjang terkadang disajikan juga di acara lainnya semisal Lebaran.
Lebih lanjut, dipaparkan, kue keranjang menyimpan filosofi bagi kaum Tionghoa, manisnya kue berlambang kebahagiaan, lengketnya berlambang keeratan persaudaraan, bulatnya kue keranjang berlambang kerukunan, sedangkan susunan kuenya mengandung arti harapan masa depan.
“Kue keranjang yang dibeli sebagian akan dipersembahkan kepada Dewa Tungku yang kemudian nantinya oleh dewa itu dipersembahkan lagi ke Dewa Surga, sedangkan kue keranjang yang dimakan untuk menyambut perayaan hari Imlek bersama keluarga memaknai perlambang yang ada,” pungkasnya. ***