Mungkin kita tidak asing lagi dengan berbagai camilan tradisional, seperti kue bawang, akar kelapa, kripik singkong dan lain sebagainya. Ya, di tangan Fazriah, UMKM Larangan camilan kue akar kelapa yang hanya laris saat lebaran ini bisa menjadi camilan yang banyak dicari tiap hari.
Biasanya kudapan bercitarasa gurih dan manis ini menjadi suguhan wajib untuk menyambut sanak keluarga yang bersilaturahmi. Bentuknya yang unik dan melingkar, menjadikan kue akar kelapa disandingkan dengan rengginang dan kacang bawang di atas meja.
“Membangun usaha ini sudah saya mulai sejak 7 tahun lalu. Menggunakan resep turunan, saya bisa produksi dua kali dalam seminggu. Selain menjual diberbagai sosial media, kami juga kirim ke empat gerai. Tapi karena pandemi secara jumlah produksi sedikit mengalami penurunan,” ungkap Fazriah, Kamis (4/11/21).
Ia pun menuturkan, saat ini Fauziah terus memproduksi sekitar 15 kilo per minggunya. Mengemas dengan ukuran 200gram yang ia jual sekitar Rp25 ribu. Tidak menggunakan bahan pengawet dan pewarna membuat kue akar kelapa Fauziah memiliki rasa yang lebih alami.
Berbagai kelebihan yang ditawarkan mulai dari rasa serta kreativitas, dalam pengemasan membuat camilan tradisional yang dijualnya bisa bersaing. Bahkan unggul dari camilan modern yang ada saat ini.
“Bahan baku naik, saya pun akan tetap menjaga kualitas rasa dengan ukuran bahan yang tidak saya kurang-kurangi dan harga juga tidak saya naikin. Karena ini kan makanan ya, soal rasa gak bisa diobongin,” ungkap Fauziah.
Lanjutnya, sejauh ini dari mulut ke mulut dan jaringan UMKM menjadi salah satu cara pemasaran yang ditekuni Fauziah. “Sebulan, Alhamdulillah bisa mengantongi omzet kisaran Rp5 juta setiap bulannya. Kalau mau order kue akar kelapa Bakoelan Betawi buatan saya bisa order ke 0859-3910-4548,” katanya.
Pengunjung Hari Ini
Total Pengunjung
Pengunjung Online