Keberadaan Bandara Internasional Soekarno Hatta harus bisa dioptimalkan secara positif bagi kesejahteraan masyarakat Kota Tangerang dan Provinsi Banten.
Hal tersebut disampaikan Wali Kota Tangerang, Arief R. Wismansyah, saat memberikan sambutan pada acara Rapat Kerja Paguyuban Pasundan Wilayah Banten di Universitas Islam Syech Yusuf Kota Tangerang, Sabtu (06/08).
"Sebentar lagi kapasitas bandara akan ditingkatkan dari 66 juta ke 88 juta penumpang dari target 100 juta penumpang per-tahun artinya itu bisa menjadi peluang bagi kita, termasuk bagaimana kita memperkenalkan budaya Tangerang atau Banten ke dunia, termasuk budaya Sunda yang menjadi bagian dari masyarakat Banten," paparnya.
Namun demikian, lanjut Wali Kota, keberadaan Bandara Internasional Soekarno Hatta di satu sisi juga akan memberikan ekses negatif, jika masyarakat Banten, khususnya Tangerang tidak menyiapkan diri secara maksimal terutama dari sisi kualitas SDM-nya.
"Oleh karenanya Pemkot Tangerang terus berupaya untuk mempertahankan budaya khas Tangerang yang heterogen ditengah gerusan budaya lokal, terutama oleh peredaran narkoba yang makin hari makin mengenaskan, makanya kami Pemkot Tangerang berupaya untuk membentengi masyarakat terutama generasi muda dengan membangun BNN Kota Tangerang," bebernya.
"Dan usaha Kota Tangerang telah mendapat respon positif dari Kepala BNN langsung," sambung Wali Kota yang juga menceritakan hasil pertemuannya dengan Kepala BNN Budi Waseso beberapa waktu lalu.
Didepan para undangan yang rata-rata berasal dari Pasundan tersebut Wali Kota juga membuka sambutannya dengan bahasa Sunda.
"Sampurasun," ucap Wali Kota mengawali sambutan.
"Maaf kalau salah ngucapinnya, soalnya Sunda saya Sunda Karawaci Pak, bukan lagi kasar banget tapi kasar jasa," ujar Wali Kota yang disambut tepuk tangan para undangan.
Sebagaimana diketahui, Kota Tangerang merupakan salah satu kota yang dianugerahi dengan keragaman budaya, namun keragaman di Kota Tangerang terasa sangat unik. Hal ini terlihat dari keberadaan Sungai Cisadane yang tidak hanya memisahkan wilayah Kota Tangerang secara geografis namun juga secara budaya, dimana masyarakat di sisi timur Sungai Cisadane menggunakan Dialek Betawi sebagai bahasa keseharian, namun di sisi barat Sungai Cisadane masyarakatnya menggunakan Dialek Sunda khas Tangerang.
Kenapa dibilang Dialek Sunda khas Tangerang, disamping karena terkesan lebih kasar juga karena ada beberapa kata yang sangat berbeda bila dibanding dengan bahasa Sunda di bumi Pasundan umumnya, seperti istilah untuk mengungkapan padanan kata sangat, dimana orang Sunda Tangerang akan menyebut dengan kata "Jasa" dan bukan kata "Pisan" yang biasa digunakan oleh masyarakat Pasundan pada umumnya.