Jumat, 15 Desember 2017 00:00 WIB | Dibaca : 406
Drama Kolosal Warnai Upacara Hari Juang Kartika ke 72
Drama Kolosal Warnai Upacara Hari Juang Kartika ke 72
Drama Kolosal Warnai Upacara Hari Juang Kartika ke 72
Drama Kolosal Warnai Upacara Hari Juang Kartika ke 72
<div dir="auto">Drama kolosal yang menceritakan perjuangan TNI bersama rakyat melawan penjajah tampil apik dalam memperingati Hari Juang Kartika ke 72 di lapangan Ahmad Yani, Tangerang, Jumat (15/12). Turut hadir Walikota Tangerang Arief R. Wismansyah serta Pangdam Jaya Mayor Jenderal TNI Jaswandi.

<div dir="auto">

<div dir="auto">Pangdam Jaya Mayor Jenderal TNI Jaswandi menjelaskan hari ini tepat 72 tahun yang lalu pendahulu kita telah mencatatkan peristiwa penting yaitu peristiwa ambarawa, meski dengan alat sederhana, bersama rakyat TNI berhasil memenangkan pertempuran dengan memukul tentara sekutu yang memiliki taktik dan senjata lebih canggih.

<div dir="auto">

<div dir="auto">"Kemenangan tersebut memberikan peningktan moril bagi TNI dan rakyat serta politik kepada sekutu, yang artinya ternyata tni dan rakyat mampu menunjukan semangat yanh pantang menyerah, ini merupakan simbol manunggal rakyat," terangnya dalam sambutan.

<div dir="auto">

<div dir="auto">Rakyat adalah pendukung dan penguat TNI, sesuai dengan tema peringatan kali ini Manunggal dengan rakyat TNI angkatan darat kuat.

<div dir="auto">

<div dir="auto">Walikota Tangerang Arief R. Wismansyah mengatakan selamat kepada TNI AD, bersama rakyat TNI akan kuat. "Selamat hari juang kartika ke 72, saya yakin TNI bersama rakyat akan terus semakin kuat," terangnya.

<div dir="auto">

<div dir="auto">Sebagai informasi, pada tahun 1945 itu, sekutu ingin menguasai Ambarawa untuk kemudian dijadikan sebagai basis kekuatan untuk merebut Jawa Tengah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ambarawa dinilai penting untuk dijadikan sebagai salah satu basis kekuatan kareana letaknya yang strategis dan memiliki barak milter dan fasilitas pelatihan yang sudah lengkap pada masa itu.

<div dir="auto">

<div dir="auto">Hal inilah yang membuat Jenderal Soedirman sebagai pemimpin pasukan menegaskan perlunya mengusir tentara sekutu dari Ambarawa secepat mungkin. Dengan semboyan &ldquo;Rawe-rawe rantas, malang-malang putung, patah tumbuh hilang berganti&rdquo;, para pejuang seakan diberikan dua pilihan antara bebaskan Ambarawa atau mati di pangkuan ibu pertiwi.

<div dir="auto">

<div dir="auto">Persenjataan rakyat pada pertempuran ini masih tradisional. Meski harus melawan sekutu yang dilengkapi dengan persenjataan modern dan teknologi mutakhir, para pejuang dibawah pimpinan Jenderal Soedirman dengan strategi gerilyanya berhasil menguasai kembali kota Ambarawa.

<div dir="auto">

<div dir="auto">Pengepungan sekutu dalam Kota Ambarwa berjalan dengan sempurna. Pasukan sekutu akhirnya berhasil dipukul mundur dari Ambarawa pada tanggal 15 Desember 1945.



Artikel Terkait


Komentar

Pastikan Google Captcha Sudah Tercentang !!!