Kota Tangerang menjadi satu-satunya wilayah yang memiliki transportasi publik yang dikelola pemerintah di Provinsi Banten. Hal itu terbukti dengan dua armada transportasi yakni Bus Tangerang Ayo (Tayo) yang sudah beroperasi sejak 2019, dan angkutan Si Benteng sejak Januari 2021 silam. Dengan biaya ongkos Rp2 ribu per penumpang jarak jauh dekat, masyarakat sudah dapat menikmati fasilitas transportasi yang dilengkapi AC.
Pengamat Transportasi Indonesia, Djoko Setijowarno, mengapresiasi kemandirian Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang dalam mengelola transportasi publik. Apalagi Kota Tangerang merupakan salah satu daerah penyangga Ibu kota Jakarta, namun berhasil mengelola 40 armada Bus Tayo dengan empat koridor perjalanan, dan 80 angkutan Si Benteng dengan sembilan rute perjalanan.
"Ini merupakan inovasi yang sangat bagus, ditengah banyaknya beberapa daerah yang mengabaikan ketersediaan transportasi publik. Dengan alasan minimnya anggaran, namun Kota Tangerang dapat menepis itu semua dengan mengelola Bus Tayo dan Si Benteng dengan cukup baik atau minim kekurangan,” ungkapnya saat dihubungi, Rabu (13/9/23).
Ia pun mengatakan, Kota Tangerang ini menjadi percontohan wilayah lainnya di Indonesia dalam pengelolaan transportasi publik. Tentunya ini membuktikan bahwa dibawah kepemimpinan Wali Kota Tangerang, Arief R Wismansyah dan Wakil Wali Kota, Sachrudin, dapat menyediakan trasnportasi publik yang terjangkau, namun fasilitasnya tidak main-main.
“Kota Tangerang juga dapat meningkatan transport demand management dengan strategi Pull and Push. Pull-nya seperti menyediakan transportasi murah, mudah dijangkau, akses bebasnya tinggi, dan itu sudah dijalankan di Kota Tangerang. Sedangkan untuk Push-nya, dimulai dengan mewajibkan para ASN Kota Tangerang menggunakan transportasi publik dalam mobilitasnya, sehingga masyarakat semakin banyak menggunakan transportasi publik,” ujar Djoko.
Sementara itu, Direktur Umum, PT TNG Kota Tangerang, Edi Candra menjelaskan empat koridor Bus Tayo ialah koridor satu rute Poris Plawad-Gor Jatiuwung-Jatake, koridor dua rute Poris Plawad-Cibodas, koridor tiga rute Ciledug-Tangcity dan koridor empat ialah rute Cadas-Pintu Masuk M1 Bandara Soetta. Dimana masing-masing koridor tersedia 10 armada.
Sedangkan untuk sembilan rute Si Benteng, diantaranya, rute Gandasari-Gajah Tunggal, Gajah Tunggal-Kampung Ledug, Taman Cibodas-Situ Bulakan, Terminal Cimone-Pasar Lama, Perumahan BTN Pasir Jaya-GOR gandasari. Selain itu, ada juga rute Terminal Cimone-Koang Jaya, Terminal Cimone-Jalan Dipati Unus-Jalan Ganda Sari, Terminal Cimone-GOR Pabuaran Tumpeng dan terbaru Kavling Perkebunan Raya-RS Melati.
“Si Benteng ini, memang memiliki konsep rute pemukiman. Sehingga, jalurnya memang masuk ke perbatasan pemukiman, menjadikan angkutan umum utama dari permukiman masyarakat, menuju jalur kota, kawasan perkantoran maupun kawasan pasar. Setiap harinya, beroperasi mulai dari 05.00 hingga 19.00 WIB. Untuk itu, ayo manfaatkan transportasi umum, selain menghemat biaya, juga turut terlibat dalam menjaga kesehatan udara yakni mengurangi polusi udara di Kota Tangerang," jelas Edi. (dsw)