Masih pada rangkaian acara Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) XVI tahun 2023 yang dilaksanakan di Kota Makassar pada tanggal (10/7/23) hingga (14/7/23). Pemerintah Kota Tangerang melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tangerang (Disbudpar) mengikuti Karnaval Budaya & Pawai Budaya di Jembatan Toraja Centre Point Indonesia (CPI) pada Rabu (13/7/23).
Pada Karnaval & Pawai Budaya Kota Tangerang mempersembahkan kostum Jembatan Berendeng, kostum Nyimas Melati, kostum Cina Benteng, Kang Nong Kota Tangerang, tim tarian tradisional Benteng Pasundan Betawi, beserta rombongan dari para Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Total keseluruhan rombongan Kota Tangerang pada Karnaval & Pawai Budaya sebanyak 50 orang.
“Alhamdullillah hari ini Kota Tangerang dapat mempersembahkan dan memperkenalkan berbagai kebudayaan yang dimiliki oleh Kota Tangerang. Kebetulan juga kita mempersembahkan tarian baru kita yakni Tarian Benteng Pasundan yang tarian tersebut merupakan gabungan dari beberapa sanggar dan sekolah yang kita kolaborasikan. Tentunya, tarian tersebut memiliki arti yakni mengangkat tarian perempuan-perempuan tanah Kota Tangerang yang bercerita memadukan dua kulturistik oleh gerakan tenaga lembutan kepolosan serta ketulusan perempuan sunda dan betawi,” ucap Kepala Disbudpar Kota Tangerang, Rizal Rizal Ridolloh.
Adapun arti dari masing-masing kostum yang digunakan seperti kostum Jembatan Berendeng yang menjadi salah satu icon Kota Tangerang ini memiliki riwayat menyambungkan antara Gerendeng dan Benteng Makassar. Lalu Kota Tangerang merupakan satu-satunya kota antar jawa yang meninggalkan jejak sejarah tentang keberadaan Benteng Makassar di Kota Tangerang. Gerendeng merupakan salah satu kampung tua yang bahkan dalam pengkajiannya cikal bakal lahirnya nama Kota Tangerang yang berasal dari kata “tengger” dari Kelurahan Gerendeng.
“Untuk kostum Nyimas Melati melambangkan salah satu perempuan yang ada di Kota Tangerang yang menjadi sebuah legenda dan momok sejarah terkait langkah kepahlawanan seorang perempuan dari tanah tangerang yang melakukan perlawanan terhadap penindasan kolonial. Nyimas Melati Pahlawan putri berdarah sunda yang melalukan gerakan-gerakan perlawanan bersama rakyat terhadap pemerintah kolonial,” lanjut Rizal.
Lalu kostum yang ketiga ini yaitu kostum Cina Benteng, kostum tersebut atribut keberadaan etnis Tionghoa yang menjadi cikal bakal lahirnya keberadaan Cina Benteng di tanah Kota Tangerang. Hal tersebut dapat dilihat dari keberadaan beberapa peninggalan tua terkait adanya leluhur Cina Benteng di Kota Tangerang.
“Yang terakhir ini rombongan dari para kepala SKPD yang menceritakan hal mendasar dari Benteng Makassar dalam proses kajian-kajian dan penelitian untuk mencari jejak posisi dimana letak bekas Benteng Makassar telah berdiri. Lalu, keberadaan makam Tionghoa di Kedaung yang sudah ada dari tahun 1500an,” kata Rizal.
Rizal berharap dengan Kota Tangerang mengikuti rangkaian acara ini kebudayaan Kota Tangerang dapat dikenal oleh kota-kota lain se-Indonesia. “Mudah-mudan masyarakat Makassar juga dapat terhibur dengan persembahan dari Kota Tangerang.” Tutup Rizal. (dap)