Kota Tangerang diketahui memiliki 78 bank sampah, tujuh Tempat Pengelolaan Sampah 3R, tiga lokasi Intermediate Treatment Facility (ITF), 848 sekolah adiwiyata serta 35 kampung proklim yang telah mendapat penghargaan tingkat nasional. Namun, dengan fasilitas tersebut tidak serta merta persoalan sampah di Kota Tangerang selesai begitu saja.
Didapati sampah makanan dari rumah-rumah, secara kuantiti masih juga membutuhkan perhatian dalam pengolahannya. Diketahui, tumpukan sampah makanan bisa mendatangkan sejumlah kerugian, mulai dari gas metana yang dapat memengaruhi pemanasan global, hingga merusak ekosistem.
Banyak cara untuk mengurangi sisa makanan. Selain membiasakan diri untuk tidak mengambil atau membuat makanan secara berlebihan, sisa makanan yang kadung terjadi bisa dibuat pupuk kompos. Caranya, dengan memanfaatkan lubang resapan biopori.
Caranya cukup mudah. Anda hanya perlu memasukkan sisa makanan yang termasuk sampah organik, seperti sampah buah, sayur, dan tulang, ke dalam lubangnya. Bisa juga dengan sampah organik seperti daun, rumput, kulit buah-buahan, dan sampah yang berasal dari tanaman lainnya.
Setelah itu, tutup lubang menggunakan kawat besi, atau bisa juga memakai tutup pipa PVC yang sudah dilubang. Dalam waktu tiga sampai empat minggu, sampah sisa maknan maupun organik yang dimasukkan ke dalam biopori bisa diambil dan dipergunakan sebagai pupuk kompos. Nah, saat ada sisa makanan, Anda bisa mengulang langkah tersebut. Dengan begitu, sisa makanan jadi tak terbuang percuma.
Sebagai informasi, lubang resapan biopori atau biasa disebut biopori adalah lubang yang dibuat tegak lurus ke dalam tanah. Lubang ini dibuat untuk mengatasi genangan air dengan cara meningkatkan daya serap air pada tanah. Nah, manfaat biopori lainnya adalah untuk menyuburkan tanah dan membuat pupuk kompos alami.(bun)