Peristiwa Lengkong adalah salah satu peristiwa bersejarah yang patut diperingati sebagai wujud penghormatan atas pengorbanan para pahlawan dalam mewujudkan kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Demikian pesan yang disampaikan oleh Wali Kota Tangerang, Arief Rachadiono Wismansyah, seusai mengikuti apel peringatan peristiwa Pertempuran Lengkong, di Taman Makam Pahlawan (TMP) Taruna, Jalan Daan Mogot No.1 Kota Tangerang, Sabtu, (18/03).
Apel yang dipimpin langsung oleh Panglima Kodam (Pangdam) Jaya, Mayor Jenderal Jaswandi, ini, tutur wali kota, tak lain sebagai wujud apresiasi, penghormatan dan bentuk ucapan terima kasih kita semua kepada para pahlawan yang telah gugur demi nusa dan bangsa. Jajaran Tentara Nasional Indonesia (TNI) juga begitu luar biasa penghormatannya kepada para pahlawan, di mana Pangdam Jaya memimpin langsung apel ini dan para pimpinan TNI baik yang berada di wilayah Kota Tangerang maupun pusat turut hadir.
"Kita sebagai masyarakat sipil, tentunya harus ikut bersama-sama mempertahankan perjuangan kemerdekaan. Dengan mengisi dan terus berkarya dalam pembangunan Kota Tangerang agar semakin baik lagi,” pesan wali kota.
Terlihat juga kehadiran Prabowo Subianto Djojohadikusumo beserta adiknya Hashim Sujono Djojohadikusumo.
Dalam kesempatan ini, Prabowo Subianto menuturkan, dirinya sangat berterima kasih atas perhatian TNI yang masih meneruskan peringatan peristiwa Pertempuran Lengkong. Peristiwa bersejarah ini sangat penting karena Bangsa Indonesia merebut kemerdekaan dengan pengorbanan yang begitu besar. Darah, keringat, air mata serta pengorbanan putra-putra yang masih remaja. Semuanya berkorban demi kemerdekaan dan kedaulatan Bangsa Indonesia.
“Nilai-nilai kemerdekaan, kedaulatan bangsa harus kita pertahankan. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang sudah merdeka tidak boleh dijajah lagi, harus berdiri di atas kaki sendiri,” tegas Prabowo, selepas apel dan tabur bunga, di mana salah satu kerabatnya juga turut menjadi pejuang yang gugur dalam peristiwa Lengkong.
Seusai apel dan tabur bunga, wali kota beserta para tamu undangan menuju Museum TMP untuk melihat berbagai koleksi foto bersejarah peristiwa Pertempuran Lengkong dan berbincang sejenak dalam ruang tamu.
Adapun sekilas peristiwa tersebut, bermula dari Resimen IV Tentara Republik Indonesia (TRI) di Tangerang. Resimen ini mengelola Akademi Militer Tangerang. Tanggal 25 Januari 1946, Mayor Daan Mogot memimpin puluhan taruna akademi untuk mendatangi markas Jepang di Desa Lengkong untuk melucuti senjata pasukan Jepang. Daan Mogot didampingi sejumlah perwira, antara lain Mayor Wibowo, Letnan Soetopo, dan Letnan Soebianto Djojohadikusumo.
Dengan mengendarai tiga truk dan satu jip militer, mereka berangkat ke Lengkong. Di depan pintu gerbang markas, tentara Jepang menghentikan mereka. Hanya tiga orang, yakni Mayor Daan Mogot, Mayor Wibowo, dan seorang taruna Akademi Militer Tangerang, yang diizinkan masuk untuk mengadakan pembicaraan dengan pimpinan Dai-Nippon. Sedangkan Letnan Soebianto dan Letnan Soetopo ditunjuk untuk memimpin para taruna yang menungggu di luar.
Semula proses perlucutan berlangsung lancar. Tiba-tiba terdengar rentetan letusan senapan dan mitraliur dari arah yang tersembunyi. Senja yang tadinya damai jadi berdarah. Sebagian tentara Jepang merebut kembali senjata mereka yang semula diserahkan. Lantas berlangsung pertempuran yang tak seimbang. Karena kalah kekuatan, korban berjatuhan di pihak Indonesia. Sebanyak 33 taruna dan 3 perwira gugur dalam peristiwa itu. Perwira yang gugur adalah Daan Mogot, Letnan Soebianto, dan Letnan Soetopo.
Peristiwa tersebut, kemudian dikenal dengan Pertempuran Lengkong.