Keseriusan Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang untuk mensejahterakan masyarakat melalui konsep "Kota Layak Dikunjungi" secara perlahan mulai menampakkan hasil. Dengan mandiri masyarakat bersama dengan pihak swasta mulai mengembangkan konsep "Kampung Wisata" yang menonjolkan kekhasan masing-masing, mulai dari Kampung Anak di Larangan Utara, kemudian Kampung Warna-Warni di Kelurahan Tanah Tinggi, dan yang masih hangat "Kampung Bekelir" yang berada di RW 01 Kelurahan Babakan, Kota Tangerang.
Kampung Bekelir mengusung konsep Heterogenitas Masyarakat Tangerang yang diwujudkan dalam harmonisasi warna yang menghiasi tembok rumah warga yang berada persis di pinggir Sungai Cisadane, yang menjadi sumber penghidupan masyarakat Kota Tangerang. Konsep Kampung Bekelir diinisiasi oleh berbagai lapisan masyarakat Kota Tangerang mulai dari seniman, budayawan dan juga wartawan, ulama bahkan LSM. Secara bersama mereka ingin mengenalkan keragaman budaya yang ada di Kota Akhlakul Karimah kepada khalayak, lewat lukisan mural dan tiga dimensi.
Wali Kota Tangerang, Arief R. Wismansyah, yang membuka langsung acara tersebut menyampaikan apresiasinya kepada seluruh lapisan masyarakat yang terlibat.
"Ini contoh ide yang dibuat menjadi kongkret, dan ini patut diapresiasi," ujarnya, Minggu (30/07).
"Mudah-mudahan ini menjadi destinasi wisata baru di Kota Tangerang," tutur Wali Kota menambahkan.
Setelah secara rutin menggelar berbagai event lokal yang berkelas nasional seperti Festival Cisadane, Festival Budaya, Festival Kuliner, dan beberapa festival lainnya, dimana melalui event-event tersebut banyak kemudian bermunculan berbagai khasanah budaya masyarakat Tangerang yang bisa dijual di taraf nasional bahkan internasional. Sehingga tidak mengherankan bila kemudian bermunculan berbagai event yang diinisiasi oleh masyarakat secara mandiri untuk lebih menonjolkan kearifan lokal masyarakat Kota Tangerang yang beragam.
"Mudah-mudahan ini juga bisa menginspirasi kampung-kampung lain untuk bergerak,".
"Sehingga kedepannya ada 1.000 kampung wisata dengan ciri khasnya masing-masing," serunya.
Wali Kota juga menegaskan kembali tekadnya untuk mensejahterakan masyarakat melalui pengembangan "Kampung Wisata".
"Inisiasi ini perlu kita apresiasi, karena ini bukan suatu hal yang sederhana, kita punya cita-cita besar bagaimana memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat termasuk perekonomian,".
"Dan ini secara progresif terus berjalan tentu tujuan untuk menjadikan kota yang 'Hidup atau Live' tentu masyarakat mendapatkan peningkatan terutama kesejahteraan," paparnya.
Oleh karenanya, Wali Kota mengajak kepada seluruh masyarakat Kota Tangerang untuk terus menggali berbagai potensi yang ada di lingkungannya masing-masing, sehingga ada nilai jual yang bisa menjadi daya tarik masyarakat luar untuk datang ke Kota Tangerang.
"Terlebih kita punya Bandara Internasional Soekarno Hatta," tegasnya.
"Di Malang yang pesawatnya hanya empat kali sehari, karena masyarakatnya berfikir kreatif banyak yang datang, ada satu RW penghasilannya empat tahun 1 Milyar," terangnya.
"Maka yang ingin kita bangun disini lewat Kampung Bekelir, kita ingin memunculkan kekayaan budaya lokal menjadi potensi untuk kesejahteraan masyarakat," tandasnya.
Sementara itu, Syukron Ketua Penyelenggara menyampaikan Kampung Bekelir mengusung konsep Kampung Wisata yang menonjolkan kekhasan budaya Tangerang yang tersaji melalui mural, grafiti dan lukisan yang menghiasi 300 rumah yang ada di RW 03 Babakan.
"Kami berharap pengecatan 300 rumah tersebut selesai di tanggal 16 Agustus," paparnya.
Communication Manager Project Kampung Bekelir, Andika Panduwinata mengatakan, warga sekitar bersama para seniman dari berbagai daerah, dan sejumlah negara terlibat dalam kegiatan melukis atau membuat mural.
"Konsepnya dengan cara melukis dinding yang bertemakan kearifan lokal di Kota Tangerang," kata Andika.
Dia menjelaskan, para seniman bukan hanya melukis, juga memperkenalkan kearifan lokal yang merupakan bagian dari budaya. Adapun dinding rumah warga sebagai medianya.
Dalam pembuatan Kampung Berkelir ini, ada 300 rumah warga yang dijadikan media untuk melukis. Para seniman gambar dari Bandung, Yogyakarta, Cilacap, Semarang. Bahkan adapula seniman dari mancanegara, salah satunya dari Filipina.
"Mereka membuat lukisan tiga dimensi tentang ikon Kota Tangerang, seperti Lenggang Cisadane, Gambang Kromong, Cokek, Laksa, Masjid Raya Al-A'zhom dan masih banyak lagi yang lainnya," ungkapnya.