Usia muda, masih lajang dan menempati posisi supervisor di perusahaan asal Jepang dengan gaji Rp 7 hingga Rp 8 juta per bulan tak lantas membuat seorang Wahyu Hidayat (27) berpuas diri. Malah dalam posisi nyaman tersebut, pemuda asal Karang Tengah ini akhirnya pilih banting stir menjadi pelaku ekonomi kreatif.
Ia mengolah limbah tong bekas menjadi furnitur bernilai. Dalam lahan seluas 4x3 meter, pria yang kerap disapa Wahyu ini memulai usahanya. Bersama seorang rekannya yang bernama Idan, ia mencoba menciptakan karya seni bernilai. Kata Wahyu, bermodalkan alat alakadarnya ia berharap dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi pemuda di Kecamatan Karang Tengah.
"Ya saya sih berharapnya bisa membuat pemuda sini bekerja. Meski tidak di perusahaan besar setidaknya mereka punya penghasilan buat memberikan ke keluarga mereka," ujarnya, kemarin. Kata Wahyu, dirinya pertama kali memilih jalur usaha sebagai jalan yang ia tempuh bermula saat ia melihat banyaknya limbah kaleng dan tong bekas di Kota Tangerang. Dari situ ia mengaku mencoba mencari manfaat dari tong dan limbah bekas lainnya.
"Awalnya sih lihat di jalan banyak banget tong bekas, ada yang dijualin pengepul, ada juga yang berserakan di jalan. Terus saya cari di google ternyata dari bahan limbah ini bisa dijadikan banyak barang berharga," ucapnya.
Untuk modalnya ia mendapat dari pesangon. " Saya pertama modal Rp 20 juta dari uang pesangon kerja. Terus lagi buat beli bahan seperti tong bekas itu lumayan harganya," ucapnya.
Wahyu menyebut harga dari limbah jadi ini yang sudah rampung bisa terjual hingga jutaan rupiah. Padahal modal utama yang ia keluarkan hanya puluhan hingga ratusan ribu per tong bekas nya. "Lumayan kalau yang bangku dan meja bisa hampir Rp 3 juta satu set nya. Kalau yang bangku mini itu saya jual Rp 150 ribu modalnya hanya Rp 30 ribu, ini kan barang unik jadi enggak sedikit yang berminat," ucapnya.
Bahkan Wahyu menyebut meski belum banyak hasil produksi yang sudah rampung, ia mengaku sudah dibanjiri pesanan. Pesanan tersebut ia dapati dari pemasaran hasil produksinya ke berbagai media yang ada di internet. "Dari Depok, Tangerang bahkan Surabaya sudah ada yang pesan. Tapi emang belum maksimal karena masih butuh banyak tenaga sama modal untuk bisa memenuhi pesanan," tukasnya.