Minggu, 9 September 2018 00:00 WIB | Dibaca : 6835
Sejarah Sembilan Cagar Budaya Kota Tangerang Yang Mempesona
Sejarah Sembilan Cagar Budaya Kota Tangerang Yang Mempesona

Kota yang di lintasi Sungai Cisadane ini, terdapat sejumlah cagar budaya yang memiliki nilai sejarah dari pertumbuhan kota yang berbatasan dengan Ibu Kota Jakarta. Oleh karena itu, Kota Tangerang kedepannya akan bertransformasi menjadi kota wisata juga.

Ada sembilan bangunan yang masuk dalam cagar budaya di Kota Tangerang yang telah disahkan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang (BP3S) dan kemudian Pemerintah Kota Tangerang menguatkannya dengan Keputusan Walikota No 430/kep.337- Disporbudpar/2011 tertanggal 25 Agustus 2011.

Adapun kesembilannya adalah Masjid Kalipasir, LP Anak Wanita, LP Anak pria, LP Pemuda klas 2, Pintu Air Pasar Baru, Stasiun kereta api Tangerang, Museum Benteng heritage, Vihara Boen San Bio, dan Vihara Boen Tek Bio.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Rina Hernaningsih menuturkan, sembilan cagar budaya tersebut memiliki nilai sejarah yang sangat penting. Maka itu, Pemkot terus melakukan penataan agar memberikan kenyamanan kepada pengunjung yang datang.

Kemudian, pihaknya juga mendorong kepada pelajar untuk bisa mengetahui sejarah dari setiap cagar budaya yang ada karena merupakan bagian dari kota ini yang perlu diketahui secara bersama - sama.

"Sembilan cagar budaya memiliki sejarah dan juga sesuatu yang mempesona misalnya saja bendung pintu air 10. Lalu masjid Kalipasir yang menjadi simbol persatuan dan kesatuan yang hingga kini terus dipelihara oleh warga Kota Tangerang yang berheterogen," ujarnya.

Berikut ini data sejarah mengenai sembilan cagar budaya Kota Tangerang. Stasiun Kereta Api yang didirikan tanggal 2 Januari 1889 bersamaan dengan lintasan jalur kereta api Duri – Tangerang. Arsitek bangunan stasiun dan lintasannya dari Staatspoorwagen ( SS ). Keberadaan Stasiun kereta api Tangerang merupakan bukti sejarah bahwa perdagangan di Kota Tangerang sangatlah pesat.

Lalu Bendungan pasar baru di bangun pada tahun 1927 dan selesai diresmikan tahun 1930. Bendungan ini awalnya bernama Bendungan Sangego kemudian berubah menjadi Bendungan Pintu Air Sepuluh atau Bendungan Pasar Baru. Bangunannya terdapat 10 pintu air dari besi dan 11 tiang penopangnya. Makna sejarah dalam pembangunannya yakni kekokohan budaya dalam menahan terpaan masuknya budaya barat dari berbagai sisi.

Bendungan dibangun dari timur ke barat sepanjang 125 meter dengan rincian 10 jumlah pintu air, lebar pintu 10 meter, 3 intake, 2 pintu penguras lumpur. Tinggi pintu bawah 5 meter, tinggi pintu atas 3 meter dan berat masing-masing pintu 25 ton. Bangunan ini memiliki 2 tingkat penghubung ke lantai atas menggunakan tangga yang berada diujung timur dan barat bangunan.

Masjid dan Makam Kalipasir dibangun pada tahun 1700 oleh Tumenggung Pamid Triwidjaya dari Kahuripan. Masid Kali pasir memiliki makna pembuktian bahwa agama islam sudah ada lama di Kota Tangerang. Karena posisi masjid berada dekat dengan komunitas masyarakat Tionghoa, hal itu membuktikan bahwa adanya kerukunan dan bukti toleransi.

Rumah Arsitektur Cina ( Benteng Haritage ) dibangun sekitar abad 18 dan merupakan milik Udaya Halim yang sekarang telah bertempat tinggal di Austrlia. Bangunan benteng Haritage dibangun sekitar abad 18 dengan arsitektur bangunan Cina yang sangat kental, interior bangunan ini sangat didominasi oleh warna merah dengan hiasan Cina seperti Medalion, hewan mitologi dan sebagainya. Bangunan ini berlantai 2 dengan arah hadap bangunan ke Barat. Hal ini mengajarkan kita arti penting menghargai sejarah, merawat dan menjaga yang menjadi milik kita. Dengan sejarah kita bisa mengenal siapa kita.

Lapas Anak Pria Tangerang dibangun pada tahun 1925 dengan kapasitas hunian 220 anak. Makna yang diambil dari Lapas Anak Pria Tangerang adalah mengajarkan arti penting moral sebagai benteng sikap, perilaku dan pergaulan. Bahwasanya bila semua di lakukan dengan salah maka akan berakibat untuk diri sendiri.

Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1928 yang dikelola oleh yayasan LOG. Lembaga pemasyarakatan pemuda IIa berdiri pada tahun 1927 – 1942 oleh pemerintah Hindia Belanda.

Klenteng Boen Tek Bio berdiri pada tahun 1684 oleh penduduk kampong petak sembilan secara bersama-sama. Nama Boen Tek Bio memiliki arti yaitu Boen artinya intelektual, Tek artinya Kebajikan dan Bio artinya rumah Ibadah. Secara keseluruhan Boen Tek Bio artinya adalah tempat atau wadah bagi kaum sastrawan yang memiliki kebijaksanaan.

Klenteng Boen San Bio awalnya dibangun pada tahun 1689 oleh seorang pedagang asal Tiongkok yang bernama Lim Tau Koen. Pembangunan klenteng ini untuk menempatkan patung Kim Sin Khongco Hok Tek Tjeng Sin yang berasal dari Banten.



Artikel Terkait


Komentar

Pastikan Google Captcha Sudah Tercentang !!!